Rumus Gross Profit dan Cara Menghitung yang Benar

24 Juni 2023

Gross profit atau laba kotor menjadi salah satu laba atau keuntungan yang didapatkan perusahaan sehingga perlu untuk dihitung. Perhitungan laba kotor ini akan memudahkan pemilik bisnis untuk mengetahui laba kotor yang didapatkan dan sejauh mana bisnisnya berkembang.

Laba kotor adalah laba yang diperoleh perusahaan sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan dan penjualan produk. Lalu, apa beda Gross profit dan net profit? Dibawah ini akan dijelaskan tentang perbedaan dan cara menghitungnya.

Baca Juga : Rumus Net Sales dan Cara Menghitung yang Benar

Apa Itu Gross Profit?

Gross profit atau laba kotor adalah jumlah total pendapatan yang diperoleh perusahaan sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Laba kotor ini bisa dihitung dengan cara mengurangi harga pokok penjualan (HPP) bisnis dari total pendapatannya.

Harga pokok penjualan ini mengacu pada jumlah uang yang dikeluarkan untuk biaya produksi produk ataupun biaya penyediaan layanan. Akan tetapi, dalam menghitung laba kotor tidak memperhitungkan biaya tambahan.

Sementara net profit atau laba bersih adalah jumlah total pendapatan yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi dengan semua biaya, seperti semua bunga, pajak penghasilan dan juga gaji, biaya sewa, hipotek atau utilitas. Bisnis tidak hanya harus menghitung net profit yang didapatkan tetapi juga harus menghitung laba kotor untuk mengurangi biaya.

Perhitungan laba kotor dan laba bersih yang berbeda membuat fungsi keduanya juga berbeda. Perhitungan laba kotor berguna untuk menentukan seberapa baik bisnis mengelola produksinya, sumber bahan baku dan juga biaya tenaga kerja.

Sedangkan laba bersih berfungsi untuk menentukan secara keseluruhan apakah operasional bisnis menghasilkan uang ketika memperhitungkan biaya sewa, asuransi, administrasi dan juga pajak.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gross Profit

1. Harga Jual dari Produk

Faktor yang pertama adalah faktor harga jual dari produk. Semakin tinggi harga jual dari produk maka pendapatan atau keuntungan yang diperoleh perusahaan menjadi lebih besar. Perbedaan harga jual produk pada di sebuah periode tertentu akan menentukan besaran pendapatan kotor yang didapatkan.

Hal itulah yang kemudian menjadi penyebab pendapatan kotor yang dihasilkan oleh perusahaan di setiap periode bisa berbeda-beda. Jadi, dengan harga jual produk atau jasa yang berbeda maka laba kotor yang didapatkan juga akan berubah.

2. Jumlah Barang

Adapun faktor lainnya yang bisa mempengaruhi laba kotor adalah jumlah barang atau produk ataupun jasa. Maksud dari pernyataan tersebut adalah semakin besar jumlah produk yang dijual maka perusahaan berpotensi untuk mendapatkan penghasilan menjadi lebih tinggi.

Sebaliknya jika jumlah produk atau jasa yang diproduksi dan dipasarkan tidak banyak maka laba kotor yang didapatkan lebih kecil dibandingkan saat memproduksi produk dengan jumlah yang banyak.

3. Harga Pokok Penjualan (HPP)

Faktor yang terakhir adalah Harga Pokok Penjualan (HPP). Apabila Harga Pokok Penjualan (HPP) sebuah produk terbilang stabil dan tetap dengan harga penjualan produknya, hal ini berarti laba yang diperoleh juga akan menjadi lebih besar. Kondisi ini tentu berbeda jika HPP ditingkatkan tetapi harga jual produk tidak berubah atau stagnan.

Dalam kasus ini, umumnya laba yang didapatkan oleh perusahaan akan menjadi lebih kecil. Kasus seperti ini bisa menyebabkan pendapatan kotor yang didapatkan oleh perusahaan menjadi tidak menguntungkan. Idealnya, HPP itu harus lebih kecil dibandingkan dengan harga jual produk agar bisnis bisa mendapatkan penghasilan.

Baca Juga : Cara Menghitung Harga Diskon Anti Rugi

Cara Menghitung Gross Profit

Pada dasarnya, cara menghitung Gross profit sangatlah mudah yaitu hanya dengan menghitung selisih antara pendapatan dan harga pokok produksi (HPP). Adapun yang dimaksud pendapatan adalah hasil atau laba dari penjualan. sedangkan HPP adalah biaya produksi yang dikeluarkan bisnis untuk menghasilkan suatu produk atau jasa.

Keberadaan HPP dalam penghitungan Gross profit akan memudahkan dalam menentukan harga pokok sehingga laba kotor yang diterima perusahaan semakin jelas. Untuk menghitung Gross profit atau laba kotor, bisa menggunakan rumus berikut ini:

Gross profit (Laba Kotor) = Pendapatan – Harga Pokok Penjualan (HPP)

Contoh penghitungan Gross profit atau laba kotor:

Dalam satu periode penjualan, PT. Natuna telah melakukan penjualan sebesar Rp 180.000.000. sedangkan Harga pokok produksi (HPP) sebelumnya sudah diakumulasikan sebesar Rp 90.000.000. Selain itu, PT Natuna juga mengeluarkan pengeluaran untuk biaya administrasi sebesar Rp 15.000.000, biaya pemasaran sebesar Rp 7.000.000 dan pajak sebesar Rp 10.000.000. Berapakah laba kotor yang didapatkannya:

Dari contoh soal tersebut, jika kamu ingin menghitung laba kotor cukup mudah yaitu hanya dengan mengurangi penjualan dan HPP serta mengabaikan unsur-unsur lainnya. Baik itu biaya pemasaran, biaya administrasi maupun pajak. Berikut cara menghitungnya:

Gross profit (Laba Kotor) = Pendapatan – Harga Pokok Penjualan (HPP)
= Rp 180.000.000 – Rp 90.000.000
= Rp 90.000.000

Berdasarkan perhitungan diatas, laba kotor yang diperoleh PT. Natuna pada periode tersebut adalah Rp 90.000.000.

Perusahaan yang mengetahui laba kotor yang didapatkan dalam suatu periode itu sangatlah bermanfaat. Adapun manfaat mengetahui laba kotor adalah untuk memperhitungkan biaya produksi selanjutnya, mengetahui kesehatan bisnis dengan cepat serta sebagai indikator keberhasilan usaha.

Itulah informasi tentang Gross profit, mulai dari pengertian, perbedaan dengan net profit, rumus dan cara menghitungnya. Setiap perusahaan harus mengetahui informasi tentang laba kotor beserta rumusnya agar bisa mengetahui berapa besar laba kotor yang didapatkan perusahaan dalam satu periode.

Salah satu cara yang bisa dilakukan perusahaan untuk menghitung transaksi serta produk dengan cepat dan mudah yaitu dengan menggunakan Koala+. Koala+ sudah terintegrasi dengan WhatsApp API dan dibekali dengan fitur seperti Manajemen Transaksi dan Manajemen Produk.

Dimana fitur manajemen transaksi akan membantu perusahaan dalam memantau semua transaksi yang masuk secara real time. Selain itu, juga bisa digunakan untuk mengirim pesan invoice pada pelanggan dan melihat riwayat transaksi yang disimpan.

Sedangkan dengan fitur manajemen produk, kamu bisa menambahkan daftar produk dan mengatur stoknya. Saat stok kosong, aktifkan mode stok habis. Dengan begitu, pelanggan mendapat notif lewat website. Tertarik mencoba? Yuk daftar Koala+ sekarang juga!